Selasa, 16 Agustus 2016

"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN JALUR"

oleh : Pispian Rahman, S.Sn
(Ketua Komite Kajian, Pengembangan dan Penelitian Seni Budaya Dewan Kesenian Kab. Kuantan Singingi)

Pacu jalur dapat dibilang sebuah ajang perlombaan budaya yang unik, ditinjau dari sejarahnya jalur (perahu panjang) sebagai alat angkut penting bagi warga desa, untuk hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang. kemudian berkembang hingga jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, lipan, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan properti yang digunakan penari "tukang onjai" dan penari "togak luan" - anggota dalam sebuah jalur yang berada di haluan dan kemudi jalur- serta ritme bunyi pluit dan deburan suara air yang di dorong daun dayung (panganyuah) menjadikan pacu jalur semakin memiliki estetis rupa, gerak, bunyi yang bernilai dengan diperkaya nuansa magis - peran dukun jaluar - yang sampai saat ini masih ada terdengar dalam perbincangan di tengah masyarakat. Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial dan bernilai budaya tinggi bagi masyarakat adat kenegerian di kabupaten Kuantan Singingi.(1)

Sebagai sebuah Identitas bagi masyarakat yang berada di daerah DAS (Daerah Aliran Sungai) Sungai Kuantan, sudah sepantasnyalah pacu jalur telah mendarah daging atau begitu digemari oleh masyarakat, karena setiap generasi terus mewarisi emosi, ikatan dan kebanggaan yang lahir dari budaya tersebut tertanam kuat di dalam diri masyarakat pendukungnya, fakta ini selalu kita jumpai saat dua jalur kebanggan penonton baik atas dasar pengelompokan dusun, desa, kecamatan, dan kabupaten pada setiap hilir di Tupian atau gelangang perpacuan, suara sorak sorai, teriakan bahkan bunyi petasan pun senantiasa mengiringi hilir demi hilir dalam memberi semangat, berharap jalur andalan dapat memenangkan perpacuan dalam melewati   enam pancang atau lebih kurang 800-1000 meter tersebut. Isak tangis luapan kesedihan mendalam juga tak jarang kita temui pada penonton maupun pemacu (atlit dayung) usai diumumkan kekalahan tipisnya oleh panitia dewan hakim. terlebih lagi jika dua jalur yang berpacu digadang-gadangkan punya kekuatan yang seimbang atau diprediksi punya kans (kesempatan) yang sama untuk memenangkan perpacuan.

Bagaimana kemudian kans ini dapat diasumsikan atau di prediksikan pencinta pacu jalur atas pengamatan perjalanan jalur-jalur melewati lawan aduannya dari hari ke hari atau putaran demi putaran, hal ini menjadikan berbagai pendapat publik menurut hemat penulis menarik untuk dibahas karena berbagai kemungkinan yang diprediksikan kadang benar terjadi dan bahkan ada pula yang jauh dari perkiraan publik pecinta pacu jalur seperti pada perpacuan pada putaran Kedua Hari Ketiga di Tupian Datuk Bandaro Lelobudhi dalam event pacu jalur rayon IV yang mana Tuah Koghi Dubalang Rajo Kenegerian Kari Kec. Kuantan Tengah mampu mengalahkan Ngiang Kuantan  Cahayo Nagori dari Kec. Gunung Toar yang sebelumnya digadang-gadangkan akan menjadi Juara, namun keadaan berkata lain Tuah Koghi Dubalang Rajo pun tak berhasil menduduki posisi puncak, namun Justru Duri Bingkuang Rawang Panjang dari Pulau Kedundung Kec. Kuantan Tengah yang tidak diduga menjadi Juara pada event tersebut.(2)

Melalui tulisan ini penulis akan menjabarkan hasil kajian sederhana dari inventarisasi berbagai sudut pandang dari penonton yang sering menjadi argumentasi dari opini yang berkembang perihal prediksi kekuatan jalur yang akan berpacu. Memang dalam berbagai pendapat dapat cukup beralasan bila dikaitkan dengan berbagai kajian dan penelitian dari aspek  keilmuan olahraga dayung yang pernah ada. Namun tak jarang pula penonton melandaskannya pada kemampuan magis peran para pawang dan dukun jalur, alasan ini menjadi jawaban yang seolah dibenarkan di saat jawaban logis tak lagi dianggap bisa menjawab hasil perpacuan yang diluar dugaan. Keparcayaan faktor magis ini pulalah yang kemudian memang menjadi salah satu fakta uniknya budaya pacu jalur di kuantan singingi yang pernah ada dan seolah masih diyakini secara turun-temurun.

Setidaknya ada bebeberapa faktor yang menjadi alasan penonton dalam meramalkan atau memprediksi hasil kompetisi dalam sebuah event pacu jalur, yaitu:

1. Faktor Fisik
faktor ini berdasarkan pengamatan pada kekuatan tenaga atau ketahanan pemacu dalam mendayung yang cendrung konstan selama melewati pancang (rute jalur). Faktor fisik menekan pada seberapa tinggi intensitas latihan yang harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus meningkatkan beban atau tahanan untuk meningkatkan Kekuatan dan daya tahan otot yang diperlukan untuk pekerjaannya. Latihan harus ditekankan kepada komponen-komponen seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelenturan, daya ledak (power), stamina pemacu (atlet) secara keseluruhan.(3)

Selain itu ada fakta lain yang kadang luput dari pengamatan penonton atau pecinta pacu jalur dalam memprediksi prestasi sebuah yang sangat berkaitan dengan faktor fisik, seperti halnya pemacu cadangan dengan kemampuan fisik rata-rata sama dengan pemacu utama yang kadang hanya beberapa orang saja dalam artiam tidak cukup untuk memenuhi isian satu jalur dan hanya berupa selipan pengganti pemacu yang dalam kondisi sakit atau berhalangan ikut saja, ini jelas sangat mempengaruhi hasil pacuan karena pacu jalur harus berpacu beberapa kali putaran dalam satu hari khususnya pada hari ke 2 ke 3 atau hari terakhir (yang dalam iven nasional di tepian narosa dilaksanakan seama empat hari mengingat banyaknya jalur yang berpartisipasi dalam iven ini), sebab bagaimana mungkin pemacu yang sama, tadinya sudah menguras tenaga dapat mengahsilkan tenaga yang maksimal pada aduan putaran selanjutnya, apalagi jalur yang berusaha dilawan adalah jalur yang cukup dijagokan atau memiliki nama besar sebelumnya, belum lagi dalam pacu jalur ada istilah menang menunggu dan bay yang mana pemacu pada jalur tersebut kendati tetap dihilirkan sendiri namun tentu tidak memerlukan   tenaga yang berarti  sehingga bisa pastikan dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan menyimpan tenaga untuk aduan selanjutnya. Sebagai solusi dari keadaan seperti ini bagi sebagianpengurus jalur  memanfaatkan atau menyewa  tenaga pemacu lain yang dianggap dapat membantu tenaga pemacu sehingga jalur tersebut dapan memenangkan perpacuan, nah karena dalam pacu jalur tidak ada aturan yang mengatur tentang larangan tersebut. memanfaatkan bantuan atau tenaga cadangan inilah sebagai salah satu sisi yang terkadang tidak diketahui oleh penonton yang bisa membuat apa yang diperkirakan menjadi jauh dari yang diprediksikan

2. Faktor Teknik dan Skill
Pada pacu jalur faktor teknik diamati pada dua macam yang pertama pada skill tukang uik (yang berperan membelokkan dayung berada pada bagian belakang biasanya dua orang terakhir sebelum tukang onjai) dan pada pendayung. membelokkan jalur apa lagi rute parpacuan yang menikung, disini peran tukang uik sangat menentukan karena membelokkan jalur bisa justru memperlambat jalur karena harus menahan arus atau justru arah lari jalur yang jauh melenceng dari rute sehingga menambah jarak tempuh dan bisa berada pada area dangkal sungai yang mempengaruhi kecepatan jalur. Kedua Teknik mendayung, pada pacu jalur merupakan perlombaan dayung yang menggunakan teknik Dayung maju (Forward Stroke) Berfungsi untuk menggerakkan perahu ke depan. Caranya : dimulai dengan memposisikan dayung berdiri di muka dengan kedua tangan yang berada di gagang atas dan di dekat daun dayung, kemudian masukkan dayung dalam ke dalam air, dilanjutkan dengan menarik (panganyuh) dayung pada sudut dan garis sejajar yang benar hingga mendekat dan setelah sejajar dengan tubuh, mengangkat dayung kemudian putar sejajar dengan permukaaan air, ulangi kembali ke posisi semula. kedalam, ketepatan, kecepatan dan kekompakan pemacu menjadi faktor yang diamati penonton pada setiap jalur yang hilir dalam perpacuan.(4)

3. Faktor Jalur
Jalur memang menjadi faktor yang tak bisa luput untuk di pertimbangkan karena disamping proses pembentukan kayu hutan yang merupakan proses alamiah dari alam, pemilihan kayu untuk di jadikan jalur tentunya memperhatikan baik buruknya jenis, kelurusan kayu, panjang ideal, besar diameter serta usia kayu, agar tukang jalur memiliki keleluasaan dalam pembuatan sehingga bisa menghasilkan bentuk potongan karya jalur proporsional ketika diisi puluhan pemacu (muatan jalur) dan saat dihilirkan, sebab dapat diamati dengan jelas ada kalanya beberapa jalur terlihat berat untuk membawa bagian belakang jalur di atas air, selain itu jalur yang telah disi tentunya memiliki keseimbangan yang baik (tidak gelek) untuk menghindarkan jalur tenggelam (karam) saat dipacukan.

4. Faktor Psikologis Anak Pacu (atlet)
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. faktor psikologi berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok. faktor psikologis atlet ini lebih di pandang sebagai bagaimana sisi psikis anak pacu yang mendorongan motivasi mental pemacu untuk memenangkan perpacuan yang bisa mempengaruhi tekad, kekompakan, solidaritas kepribadian. (5)

Ada dua jenis bidan psikologi yang bisa di amati dan mempengaruhi motivasi atlet salah satunya Psikologi faal adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan fungsi dan kerja alat-alat dalam tubuh. Misalnya mempelajari bagaimana otot seseorang akan bekerja ketika orang tersebut sedang meluapkan rasa marah, senang atau sedih. Karena itulah dalam konsentrasi studi psikologi faal lebih menitik beratkan kepada pengaruh kondisi biologis atau faali seseorang terhadap perilaku atau tindakan orang tersebut. Jadi seandainya seseorang tersebut sering marah, apa yang akan terjadi pada kondisi psikisnya. Begitu juga ketika senang, sedih, dan lain-lain.Kedua, Psikologi Kepribadian adalah cara individu untuk  bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya. berdasarkan faktor psikologi faali sudah seharusnya tetap dijaga keadaan emosi anak pacu dalam keadaan  baik atau normal terhadap hal hal yang memicu kestidakstabilan emosi  yang disebabkan beban individu itu sendiri maupun kondisi terkait kepengurusan jalur yang memiliki azas keterbukaan dan menjaga solidaritas tim. selain itu faktor kematangan kepribadian dalam sebuah tim juga tak kalah penting dalam saling memahami demi terjaganya persatuan dan kompakan tim dalam menilai kerja keras dan berusaha memenangkan perpacuan dengan motivasi dan kesadaran kedisiplinan yang tinggi tanpa ada pengaruh beban psikologis negatif dalam diri anak pacu (pemacu).(6)

5. Faktor Keberuntungan/peluang
Banyak pihak yang menilai bahwa keberhasilan jalur dalam melaju putaran demi putaran atau memperoleh prestasi, tidak terlepas dari unsur magis atau peran pawang/dukun yang memungkinkan jalur memiliki kesempatan atau keberuntungan akibat dari mantra-mantra tertentu (ilmua gaib) baik berhubungan dengan sugesti bagi anak pacu, 2pemilihan lawan undian dan pemilihan jalan menjadi aspek keberuntungan yang mempengaruhi keberhasilan bagi Jalur-jalur yang bertarung, sebab bisa anda bayangkan sebuah jalur dengan kemampuan yang di perkirakan biasa saja bisa masuk pada putaran terakhir karena keberuntungan mendapatkan lawan yang tidak seimbang, atau keberuntunhan mendapat undian bay. karena memang kekunikan pacu jalur adalah menggunakan aturan dengan sistim gugur atau Sistem Knockout atau sistem KO merupakan salah satu format turnamen yang melibatkan semua peserta pada awal turnamen.(7)

Disisi lain ada juga melakukan dengan nuansa islami secara keyakinan keagaaman dengan mengamalkan ajaran agama bahwa rezki telah diatur oleh yang Maha Kuasa manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin lalu berserah diri dengan menanjatkan berdoa setelah melewati serangkaian usaha untuk mendapatkan hasil prestasi yang sesuai.

Mengamati dua sisi magis dan agamis terlepas dari penilaian  kontroversinya, namun inilah yang kemudian sebagai fakta budaya yang memberikan keunikan pacu jalur sebagai   karakteristik kebudayaan yang pernah ada atau berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi.

Selanjutnya berbicara tentang keberuntungan penulis sependapat dengan apa yang di kemukakan Andre Kurniawan bahwa Bagi kebanyakan orang berpendapat keberuntungan sudah merupakan takdir hidup yang datang dengan sendirinya tanpa diminta tanpa disangka. Dalam tulisannya menegemukakan bahwa keberuntungan adalah pertemuan antara kesiapan dan kesempatan. Jadi ada 2 faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendapatkan keberuntungan yakni kesiapan dan kesempatan.(8)

Pendapat ini dapat dikaitkan dengan keberuntungan yang bisa di capai sebuah tim atau jalur yang ingin mendapatkan preatasi yang gemilang dengan Kesiapan yang dalam hal ini berupa rencana yang telah di perhitungkan muaranya menuju keberhasilan, hal ini bisa berupa perencanan latihan, pendanaan, mental apa lagi perencanan tentang segala kemungkinan yang akan di hadapi seperti lawan yang di dapatkan setelah pencabutan undian, jalan kanan ataupun kiri dalam perpacuan, sebab di gelanggang  pacujalur kondisi aliran air dan kedalaman air belum dilakukan kajian mendalam sepertihalnya sirkuit balapan olahraraga otomotif. maka  dengan menilai kemungkinan terjadi perencanaan yang baik merupakan setengah dari keberhasilan Jalur yang akan berpacu. Setelah rencana dipersiapkan, harus diikuti langkah selanjutnya yang lebih konkrit yakni usaha yang maksimal, berdoa penuh keyakinan, dan kesiapan mental untuk menerima kegagalan. Karena pada intinya, tim pacu jalur yang rajin dan disiplin dalam berusaha pasti banyak menemukan jalan dan menciptakan peluang untuk menjemput "keberuntungan".

Dari Iima faktor yang diuraikan di atas, ada beberapa menurut hemat penulis telah menjadi alasan bagi masyarakat pecinta pacu jalur dalam memprediksi kekuatan jalur mungkin memang tidak secara utuh karena keterbatasan informasi yang diperoleh dari data 5 faktor di atas dari jalur yang berpartisipasi tentu menjadi tolak ukur lima faktor diatas dapat di analisis dalam memberikan prediksinya.

Selain itu lima faktor di atas mungkin dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pengurus jalur, anak pacu, dan masyarakat pendukung dalam menjadikan jalur yang diidolakan memiliki tim pacu yang solid dan kompak sehingga jalur tersebut menjadi Jalur yang benar-benar diperhitungkan di berbagai Tupian atau Gelanggang.

Sebagai bagian dari budaya masyarakat kompetisi pacu jalur tidak hanya bisa di pandang sebagai budaya semata jika para pengurus jalur, anak pacu dan masyarakat pendukungnya berorientasi pada prestasi jalur, memandang jalur sebagai aspek olahraga atletik penting untuk di pertimbangkan secara holistik agar bisa mendapatkan keberhasilan dalam prestasi sehingga menumbuhkan rasa persatuan dan bangga atas usaha yang secara sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya pacu jalur itu sendiri dengan estetika seni yang patut dihargai yang sarat dengan nilai kebersamaan, toleran, kerjasama, kerukunan, saling menghargai, sportifitas sebagai bentuk implementasi kearifan lokal.

Teluk Kuantan, 17 Agustus 2016

referensi;

1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pacu_Jalur, diakses, tanggal 14 Agustus 2016

2.http://m.goriau.com/berita/kuantan-singingi/mengejutkan-ngiang-kuantan-tumbang-tepian-datuk-bandaro-lelo-budi-milik-duri-bingkuang.html

3. http://pakguruolahraga.blogspot.co.id/2013/06/faktor-yang-mempengaruhi-kondisi-fisik,  diakses, 16 Agustus 2016

4. http://caresociety.blogspot.co.id/2009/12/teknik-dasar-mendayung, diakses 15 Agustus 2016

5. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Psikologi, diakses 16 Agustus 2016

6. http://www.wivrit.com/2013/09/10-macam-macam-psikologi-yang-wajib-diketahui.html, diakses 16 agustus 2016

7. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_gugur, diakses 16 Agustus 2016

8. http://m.kompasiana.com/andr3kurniawan/keberuntungan-datang-sendiri-atau-dijemput, diakses 16 Agustus 2016

Tidak ada komentar: