Oleh : Pispian Rahman, S.Sn
(Guru SMA Negeri Pintar Kab. Kuansing)
Sekolah sebagai salah satu wadah bagi peserta didik mendapatkan layanan guna mengoptimalkan fase perkembangan diri baik dari aspek kepribadian (personality) maupun Kecerdasan (intelektualitas). Sebagai sebuah lembaga pendidikan dalam negara sekolah bertujuan untuk mengajarkan peserta didik menjadi generasi yang dapat memajukan bangsa di bawah pengawasan pendidik.
Setiap peserta didik merupakan inidvidu yang di yakini memiliki potensi diri dengan keunikan masing- masing dengan berbagai kecerdasan yang ada pada diri manusia. sejalan dengan teori Multiple Intelligence ‘kecerdasan majemuk’ yang dikemukakan oleh Howard Gardner, bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda, dan ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis antara lain :
1. Kecerdasan Linguistic-Verbal yang merupakan kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Pekerjaan yang sesuai bidang ini: penulis, penyair, jurnalis, pembicara,penyiar warta berita.
2. Kecerdasan logik matematik, merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis contohnya Ilmuan, ahli matematika, akuntan, ahli mesin dan programmer computer, semua menunjukkan kecerdasan matematik yang kuat.
3. Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat).Kecerdasan ini seperti yang tampak pada keahlian pelaut, pilot, pemahat, pelukis dan arsitek.
4. Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar, orang yang menunjukan kecerdasan ini adalah komposer, dirigen, musisi, krtikus, pengarang musik, bahkan pendengar musik
5. Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. kecerdasan ini dapat di amati dari senang bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok atau komite atau lebih suka belajar kelompok dari pada belajar sendiri, dengan profesi sebagai politisi, aktor, pekerja sosial (aktivis),
6. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. kecerdasan ini dapat dilakukan ketika memikirkan pengendalian pikiran negatif kita yang sangat dalam dan pribadi termasuk memikirkan dan memecahkan masalah itu sendiri. teolog, psikolog, filsuf, sufi
7. Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.
Ciri-ciri: kegemaran berolahraga atau melakukan kegiatan fisik, cakap dalam melakukan sesuatu seorang diri. dan senang memikirkan persoalan sambil aktif dalam kegiatan fisik seperti berjalan atau lari. dengan profesi sebagai atlit,
penari, pengrajin.
8. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan kecerdasan yang mampu memahami dan berdaptasi dengan alam (survive) bertahan hidup dengan alam.Ciri-cirinya senang memelihara atau menyukai hewan, mengenali dan membedakan nama berbagai jenis pohon, bunga dan tanaman. senang melibatkan diri sebagai seorang petani, berkebun atau mungkin suka memancing. seperti ahli biologi, pecinta alam, petualang alam.
Dari delapan kecerdasan (intelligence) tersebut, pada dasarnya secara hereditas atau bakat setiap diri individu memilikinya keunggulan masing-masing karena memiliki kadar dan berkembang dengan dukungan lingkungan atau pengelaman yang berbeda, dengan begitu menjadikan setiap diri manusia menjadi unik.1
Dengan mengetahui bahwa kita memiliki kelebihan atau kekurangan pada kecerdasan tertentu, kita akan dapat berbenah diri dan meningkatkan kemampuan kita dan membutuhkan dukungan lingkungan yang memberikan dorongan situasi agar perkembangan kecerdasan dan kepribadian manusia khususnya peserta didik dapat tumbuh dengan optimal.
Kesadaran akan peran-peran tersebut menjadikan keberadaan sekolah yang secara langsung memberikan pengaruh yang nyata bagi peserta didik sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif dan positif dalam setiap interaksi di sekolah perlu menjadi perhatian serius agar sekolah betul mampu menjadi, taman siswa bagi peserta didik seperti yang di gagas tokoh pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara yang pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa" yang merupakan realisasi gagasan dia bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon di Yogyakarta. 2
lalu kehadiran lingkungan yang bagaimana yang menjadi gagasan agar semua kecerdasan dan kepribadian dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sekolah yang di gagas tersebut.
Sekolah sebagai sebuah Lingkungan belajar baik di menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga peserta didik merasa kerasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.3
Kondisi di mana sekolah yang benar kondusif yang di di harapkan tentunya membutuhkan upaya pembinaan terus menerus sehingga benar-benar dapat membudaya dan menjadi karakteristik sekolah dari setiap generasi atau peserta didik yang selama tahun tahun belajar di sekolah tersebut. ada pun hal-hal yang perlu ditumbuhkembangkan pembinaannya antara lain sebagai berikut :
1. Keimanan dan ketakwaan (religius)
Keimanan merupakan hubungan manusia dengan Tuhan ini sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan masing-masing. Dengan keimanan diharapkan setiap peserta didik dapat membina dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur yang berimplikasi pada peningkatan kecerdasan Intrapersonal peserta didik (intelegensi spritual)
2. Kejujuran
Dalam berbagai hal sikap dan tindakan jujur bertanggungjawab harus diwujudkan dan ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun diri sendiri dan orang lain. Kejujuran dan perilaku tegas yang harus dilaksanakan.
3 Keteladanan
Memberikan contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata, karena keteladanan jauh lebih penting dari pada memberikan pelajaran secara verbal. Kepala sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru maupun pegawai dan selanjutnya guru kepada siswa, demikian pula kakak kelas kepada adik kelas.
4 Demokratis
Suasana yang menunjukkan adanya kebebasan mengeluarkan pendapat dan menghargai perbedaan sesuai dengan sopan santun berdemokrasi. Adanya suasana demokrasi dilingkungan sekolah akan memberi pengaruh pada pengembangan budi pekerti saling menghargai dan saling memaafkan.
5. Kepedulian
Kepedulian terwujud dengan sikap empati dan saling menasehati, saling memberitahukan, saling mengingatkan, saling menyayangi dan saling melindungi sehingga setiap masalah dapat diatasi cepat dan mudah.
6. Keterbukaan
Sistem manajemen yang terbuka akan menghilangkan sikap saling curiga berburuk sangka dan menghilangkan fitnah. Hal ini hendaklah dipraktikkan oleh kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru dan para siswa.
7. Kebersamaan
Kebersamaan ini diarahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antar warga sekolah sehingga terwujud suatu suasana persaudaraan dalam tata hubungan sekolah yang harmonis.
8. Keamanan
Keamanan merupakan modal pokok untuk menciptakan suasana sekolah yang harmonis dan menyenangkan. Warga sekolah harus proaktif mengantisipasi dan mengatasi segala bentuk gangguan dari luar dan dalam lingkungan sekolah. Keamanan menjadi tanggungjawab bersama seluruh warga sekolah.
9.Ketertiban
Dalam segala hal disekolah ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan antar warga sekolah. Ketertiban tidaklah tercipta dengan sendirinya melainkan harus diupayakan oleh setiap warga sekolah.
10. Kebersihan
Suasana bersih, rapi dan menyegarkan secara berkelanjutan akan memberi kesan menyenangkan bagi warga sekolah. Kebersihan meliputi fisik dan psikis, jasmani dan batin.
11. Kesehatan
Kesehatan menyangkut aspek fisik dan psikis, dan ini harus diupayakan dan dibangun oleh seluruh warga sekolah.
12. Keindahan
Lingkungan sekolah, ruang kantor, ruang guru, ruang kelas, perpustakaan, halaman, kebon dan taman sekolah yang rapi dan indah terkesan menyenangkan dan seni. Keindahan sekolah harus diciptkan dan dijaga terus menerus oleh warga sekolah agar tidak sirna sehingga iklim sekolah selalu menjadi segar, tetap aktif dan menyenagkan .
13. Sopan santun
Sopan santun adalah sikap dan perilaku sesuai dengan adapt istiadat atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan bentuk masyarakat tersendiri, berbeda dengan masyarakat yang berada diluar lingkungan sekolah. Masyarakat lingkungan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan peserta didik dengan interaksi social yang memiliki tujuan yang sangat jelas yakni belajar. 4
Dalam beberapa kondisi di sekolah yang saat ini kita jumpai di sekitar, apa lagi sekolah yang telah berdiri dan di bina sekian lama tentunya sudah ada yang mengindikasikan upaya yang sudah membudaya di lingkungan sekolah tersebut dari hal-hal pembinaan yang di uraikan sebelumnya, namun di bebrapa sekolah juga masih perlu meningkatkan bebarapa hal yang belum terlihat dan membudaya terutama dalam iklim lingkungan sosial sekolah, di sisi lain dari segi lingkungan fisik tentunya membutuhkan dukungan dari pemerintah guna melengkapi sarana penunjang pembelajaran di sekolah yang kemudian di lanjutkan dengan upaya perawatan dan penataan lingkungan fisik yang ada oleh warga sekolah dan stakeholder yang terlibat.
Pentingnya situasi kondusif pada lingkungan sekolah ini juga di dasarkan pada hasil penelitian dan kajian yang telah sebelumnya oleh para pemikir dan ahli psikologi pendidikan, seperti halnya yang di kemukakan oleh William Stern seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Jerman, dengan pandangan Aliran Konvergensi (berpusat ke satu titik) bahwa faktor perkembangan Kepribadian dan kecerdasan manusia dapat di pengaruhi oleh faktor hereditas atau bakat dan lingkungan.
Pemikiran pendidikan William Stern bertumpu pada hasil sintesis dari dua teori sebelumnya, yang selanjutnya dikenal dengan teori Konvergensi, menurut Teori Konvergensi, bahwa bagaimanapun kuatnya yang dinyatakan dalam Teori Empirisme ( dipengaruhi pengalaman) dan Nativisme (dipengaruhi kelahiran) namun keduanya kurang realistis. Suatu kenyataan bahwa potensi hereditas yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan pendidikan yang positif dan maksimal tidak akan dapat membina kepribadian yang ideal.Teori konvergensi ini lebih lanjut mengatakan bahwa walaupun manusia berasal dari pembawaan yang sama, namun amat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, kemampuan dua anak kembar yang ketika lahir sudah dapat ditentukan oleh Dokter yang mengatakan, bahwa pembawaan mereka sama, namun jika keduanya dibesarkan dalam lingkungan yang berlainan, mereka akan memiliki perkembangan jiwa dan kepribadian yang berbeda.
Dikalangan sebagaian pemikiran pendidikan islam yang berpendapat bahwa ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Adalah ajaran yang sejalan dengan teori konvergensi. Pendapat ini didasarkan pada hadis Nabi yang artinya: bahwa setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Baihaqi). 5
Merujuk pada aliran kovergensi yang di kemukakan William Stern (1871 - 1938) tersebut upaya-upaya dalam menciptakan lingkungan yang kondusif di lingkugan sekolah baik dari aspek fisik, maupun aspek sosial menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan dan di sadari setiap warga sekolah dan di fahami sebagai sebuah kebutuhan dalam meningkatkan potensi kecerdasan dan kepribadian yang dimiliki peserta didik.
kesadaaran akan kebutuhan situasi positif akan lingkungan (empiris) pengalaman ideal bagi sekolah ini akan menjadi fondasi yang mendorong peran aktif setiap warga sekolah tidak terkecuali bagi peserta didik untuk dengan secara sadar membangun yang dalam prilaku nyata diwujudkan dengan penumbuhan sikap Keimanan, Kejujuran, Keteladanan, Demokrasi, kepedulian, kebersamaan, keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan serta sopan santun. pentingnya kebutuhan akan peran aktif diri Guru maupun peserta didik dalam mendorong lingkungan ini sejalan pula dengan Teori belajar Kostruktivisme (membangun, menyusun pengetahuan) yang di kemukakan Jean Piaget Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Dalam pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. sehingga dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya mampu membina pengetahuan mereka secara mandiri.(Active Learning)
2. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru dalam ruang lingkup interaksi belajar (cooperative Learning)
3. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.6
Dengan demikian menurut hemat penulis banyaknya kajian yang telah mendukung pentingnya sebuah situasi lingkungan kondusif bagi peserta didik mulai dari Jenis-jenis Kecerdasan yang dimiliki individu yang di kemukakan Howard Gardner, Pandangan Empirisme John Locke dan Teori Konvergensi William Stern serta Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget yang juga mendasari konsep Kurikulum K13 yang memiliki pendekatan Saintifik dalam pendidikan kita menjadikan bahwa pengalaman atau penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif untuk membina dan mengembangkan Kecerdasan dan Kepribadian di sekolah patut menjadi kesadaran dan perhatian bersama tidak hanya bagi peserta didik dan guru namun juga seluruh stakeholder pendidikan yang ada.
Pangean, 24 Juli 2016
Referensi :
1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Howard_Gardner.
2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Taman_Siswa
3. https://martinis1960.wordpress.com
4. Moh. K. zaman. Makalah Sekolah kondusif : http://kamiluszaman.blogspot.
5. Konsep Pemikiran William Stern : http://mhstarbiyah.iainpalu)
6. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme